Deskripsi
Pemerintah kolonial Hindia Belanda, telah memiliki satuan prajurit sewaan yang terdiri dari prajurit terlatih Eropa dan warga pribumi sejak sebelum tahun 1800an. Ribuan tentara gabungan ini bertugas untuk memukul perlawanan-perlawanan lokal di berbagai wilayah.
Ketika menghadapi pemberontakan Diponegoro 1825-1830 banyak sekali prajurit Hindia Belanda yang tewas di medan tempur. Keadaan ini membangkitkan gagasan pembentukan satuan tentara resmi oleh gubernur Van Den Bosch. Maka berdirilah Koninklijk Nederlandsch Indiesch Leger (KNIL) pada 1830.
KNIL terdiri dari sebagian besar orang-orang pribumi dengan pangkat rendah dan perwira-perwiranya berasal dari kalangan Belanda sendiri. Namun, ada beberapa pribumi yang berasal dari keluarga terpandang dan mengenyam pendidikan tinggi mendapat tempat sebagai perwira meski dengan pangkat maksimal Letnan Kolonel.
Kelebihan dari KNIL adalah mendapatkan gaji yang relatif tinggi dan pendidikan militer serta senjata yang memadai, sehingga mampu membungkam berbagai perlawanan pribumi yang tidak setuju pada pemerintahan Hindia Belanda.
Dalam sejarah militer Indonesia kemudian, pasca kekalahan Belanda oleh Jepang 1942 disusul proklamasi kemerdekaan RI 1945, banyak mantan perwira KNIL memilih bergabung dengan TNI. Para perwira inilah yang di kemudian hari turut menentukan sejarah ketentaraan Indonesia. Suharto, A.H. Nasution, Alex Kawilarang dan Urip Sumoharjo, adalah contoh beberapa mantan perwira KNIL yang cukup dominan di tubuh TNI.