Strategi Meningkatkan Literasi Siswa di Indonesia

PISA (Programme for Internasional Student Assessment) mencatat Indonesia di posisi 70 dari 80 negara untuk penilaian kemampuan literasi remaja. Meski tes ini menguci kemampuan kognitif, namun para ahli sepakat bahwa akar dari jebloknya nilai literasi adalah minimnya minat baca. Bahkan menurut Google, seorang peneliti UNESCO pernah menyebut bahwa di Indonesia dari setiap 1000 siswa, hanya satu yang gemar membaca.

3 | Strategi Meningkatkan Literasi Siswa di Indonesia

Literasi membaca merupakan fondasi utama kualitas pendidikan suatu bangsa. Di tengah arus informasi digital yang cepat dan instan, kemampuan membaca mendalam (deep reading) justru menjadi tantangan serius bagi siswa. Indonesia sendiri masih menghadapi persoalan rendahnya minat baca dan kebiasaan membaca buku secara konsisten di kalangan pelajar. Situasi ini menuntut strategi yang tidak sekadar normatif, tetapi praktis, konsisten, dan berorientasi pada pembiasaan.

Salah satu strategi yang relatif sederhana namun berdampak kuat adalah penugasan membaca buku secara rutin dan menulis review sebagai bagian dari proses pembelajaran.

Membaca Buku sebagai Dasar Literasi Akademik

Para ahli pendidikan sepakat bahwa membaca buku—terutama bacaan panjang seperti novel, biografi, dan nonfiksi populer—memiliki dampak besar terhadap perkembangan kognitif siswa. Keith Stanovich, pakar literasi dari Amerika Serikat, menyebut membaca sebagai “the engine that drives academic success”. Siswa yang terbiasa membaca akan memiliki:

  • Kosa kata yang lebih kaya
  • Kemampuan memahami teks kompleks
  • Daya nalar dan berpikir kritis yang lebih baik
  • Prestasi akademik yang lebih stabil lintas mata pelajaran

Di negara-negara maju, membaca buku tidak diposisikan sebagai tugas tambahan, melainkan sebagai bagian dari kehidupan belajar sehari-hari siswa.

Menulis Review: Dari Membaca Pasif ke Membaca Kritis

Membaca saja belum cukup untuk membangun literasi yang kuat. Literasi berkembang secara optimal ketika membaca disertai dengan refleksi dan ekspresi, salah satunya melalui penulisan review buku.

Menulis review melatih siswa untuk:

  • Merangkum gagasan utama bacaan
  • Menilai isi dan pesan buku
  • Mengemukakan pendapat pribadi secara logis
  • Menyusun argumen dalam bahasa tertulis

Louise Rosenblatt, tokoh teori respons pembaca, menekankan bahwa makna teks lahir dari interaksi antara pembaca dan bacaan. Review buku menjadi bukti nyata dari proses interaksi tersebut.

1 | Strategi Meningkatkan Literasi Siswa di Indonesia

Gagasan Praktis Penugasan Membaca di Sekolah

Praktisnya, tugas membaca buku ini harus dilakukan sesegera mungkin dengan tingkat penugasan yang realistis dan tidak terlalu membebani. Sebagai contoh usulan, bisa dilakukan misalnya dengan metode berikut:

1. Untuk Siswa SMP: 1 Buku per Bulan

Untuk siswa SMP, bisa dimulai dengan penugasan membaca 1 buku dan menulis reviewnya per bulan.  Jenis buku yang dibaca bisa beragam mulai dari Novel remaja, cerita rakyat, biografi tokoh inspiratif atau buku pengetahuan populer. Review yang diminta juga tidak perlu menuntut sistematika yang rigid. Yang terpenting adalah mereka merefleksikan apa yang sudah dibaca dari buku itu dengan bahasa dan gaya mereka masing-masing. Panjang tulisan boleh hanya 1-2 halaman saja.

Pada level ini, fokus utama penugasan adalah :

📌 Menumbuhkan kebiasaan membaca
📌 Melatih keberanian menulis dan berpendapat

2. Untuk Siswa SMA: 2 Buku per Bulan

Di jenjang SMA, siswa sudah mampu membaca lebih cepat dan berpikir lebih abstrak. Oleh karena itu tugas bisa ditingkatkan menjadi 2 buku per bulan dengan kombinasi 1 buku fiksi dan 1 buku non fiksi per bulan.

Untuk penugasan penulisan review bisa mulai diperkenalkan dengan teknik penulisan yang analitis dan sistematis. Misalnya, untuk buku fiksi bisa menggunakan analisis unsur intinsik yang diajarkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Atau bisa juga menggunakan teknis perbandingan dengan buku lain.

Di level SMA, penugasan membaca dan menulis ini berfokus pada :
📌 Penguatan berpikir kritis
📌 Keterampilan menulis argumentatif
📌 Kesiapan literasi perguruan tinggi

Praktik Literasi di Negara Maju sebagai Pembanding

Beberapa negara maju, telah menunjukkan prestasi yang selalu unggul. Jika ditelisik, situasi prestasi ini juga selaras dengan tingkat minat baca di negara-negara tersebut. Misalnya:

1. Finlandia

Finlandia dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat literasi tertinggi di dunia. Di sekolah-sekolah Finlandia:

  • Membaca buku adalah kegiatan harian
  • Siswa bebas memilih buku sesuai minat
  • Penilaian tidak menekankan hafalan, tetapi pemahaman dan refleksi
  • Perpustakaan sekolah dan kota menjadi pusat aktivitas belajar

2. Jepang

Di Jepang, terdapat budaya “yomikikase” dan waktu membaca tenang (silent reading time). Siswa dibiasakan membaca setiap hari, meski hanya 15–20 menit. Konsistensi lebih diutamakan daripada jumlah bacaan.

3. Amerika Serikat & Inggris

Banyak sekolah menerapkan:

  • Reading log atau jurnal membaca
  • Book report dan book review sebagai tugas rutin
  • Diskusi buku di kelas atau klub membaca

National Literacy Trust (Inggris) mencatat bahwa siswa yang membaca secara rutin memiliki tingkat kepercayaan diri, empati, dan kesejahteraan emosional yang lebih baik.

4. Tiongkok

Budaya membaca di kalangan pelajar China sangat tinggi dan didukung kuat oleh nilai budaya yang menghargai pendidikan, dengan tingkat literasi pemuda mencapai 100%. Pelajar China aktif membaca buku cetak dan digital, dengan rata-rata anak membaca lebih dari 11 buku per tahun, didukung oleh infrastruktur perpustakaan yang maju dan aplikasi membaca digital yang populer seperti Netease Ant Read dan WeChat Read. 

Faktor Pendukung Budaya Membaca:

  • Penghargaan Budaya: Pendidikan dan literasi sangat ditekankan dalam masyarakat dan keluarga China.
  • Infrastruktur Pendidikan: Pemerintah China berinvestasi besar dalam membangun perpustakaan dari kota hingga pelosok desa, menjadikannya investasi peradaban.
  • Aksesibilitas: Adanya aplikasi membaca digital yang mudah diakses di ponsel membuat membaca lebih praktis di transportasi umum atau saat santai.
  • Pendidikan Dini: Sekolah dasar bahkan menerapkan metode kreatif seperti pembatas meja untuk memastikan siswa membaca pada jarak yang baik dan membentuk kebiasaan membaca
2 | Strategi Meningkatkan Literasi Siswa di Indonesia

Tantangan dan Prinsip Pelaksanaan di Indonesia

Bagi Indonesia, kampanye literasi membaca ini meski tampak mudah tetapi juga tidak segampang itu. Ini mengingat rendahnya minat baca ini barangkali juga menjangkiti para pendidik dan aparatur negara yang mengatur pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya dorongan yang kuat dari berbagai pihak yang memiliki kesadaran pentingnya membaca buku ini. Kemudian agar strategi ini berhasil, sekolah perlu memperhatikan beberapa prinsip:

  • Memberi kebebasan memilih buku
  • Menilai proses berpikir, bukan hanya tata bahasa
  • Menghindari pendekatan menghukum
  • Menyediakan akses buku (perpustakaan, pojok baca, kerja sama komunitas)

Literasi tidak tumbuh dari tekanan, tetapi dari lingkungan yang mendukung dan menghargai usaha siswa.

Strategi peningkatan literasi melalui tugas membaca buku dan menulis review merupakan langkah konkret dan terukur untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia. Penugasan seperti 1 buku per bulan untuk SMP dan 2 buku per bulan untuk SMA bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga selaras dengan praktik pendidikan di negara-negara maju.

Dengan konsistensi, pendampingan guru, dan budaya sekolah yang mendukung, membaca tidak lagi menjadi kewajiban yang berat, melainkan kebiasaan yang membentuk cara berpikir dan karakter siswa.

Literasi bukan soal seberapa cepat siswa membaca, tetapi seberapa dalam mereka memahami dan memaknai bacaan.

penerbit garudhawaca

Penerbit Buku Online dan percetakan

Mungkin Anda juga menyukai