Deskripsi
Nuansa “ilahiyah” terasa sangat kuat pada bait-bait puisi di buku ini. Ya, Fini Marjan, memang meniatkan menulis puisi ini sebagai “ibadah”. Puisi-puisi ini seperti sebuah rangkuman atau malah kesimpulan Fini dari membaca baris-baris ayat suci. Kumpulan ini di dalamnya terdapat dua bagian yaitu Tasbih berisi 33 puisi yang melambangkan 33 butir tasbih, dan Ketika Terbenam Bintang-Bintang yang terdiri dari 27 puisi melambangkan malam ke-27 bulan Ramadhan, saat pertama turunnya ayat Al-Qur’an. Di dalam buku ini, di setiap puisi, Anda akan mendapati catatan kaki yang menyebut nama surat dan ayat di dalam Al-Qur’an yang merupakan rujukan muasal perenungan masing-masing puisi tersebut.
Di sampul belakang, beberapa rekan penyair menuliskan komentarnya:
“Puisi Fini Marjan dalam buku ini adalah puisi-puisi religius. Kalau Mohammad Diponegoro dan H.B. Jassin melakukan puitisasi Alquran, maka Fini memetik kalimat atau diksi dari ayat-ayat Alquran sebagai sumber Ilham pengucapan artistik dan estetikanya.” – (Gunoto Saparie, Sastrawan, Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah).
“Puisi-puisi Fini Marjan kian meng-Ilahiyah. Manik-manik tasbih di buku ini tidak lagi sekadar “ibadah puisi”. Akan tetapi terkondensasi menjadi “tarikat puisi” menuju kesadaran kontemplasi nilai-nilai kemahaagungan Allah Rabbun Jalil.” – (Mahrus Andis, Kritikus Sastra, Penerima Celebes Award 2004 di bidang Karya Sastra).
“Puisi-puisi yang teduh dan menentramkan hati. Fini berhasil membawa puisi ke ruang sakral universal tak terbatas suku, agama dan ras.” – (R. Fahik, Sastrawan, Pemimpin Redaksi Cakrawala NTT).
“Satu usaha murni bagi penulis muda seperti Fini mengakrapi kehidupan sejajar dengan firman-Nya. Bekal kuat dalam diri Fini sebagai penyair, sajaknya mengalir begitu tenang dan sempurna direguk oleh pembacanya.” – (Djazlam Zainal, Penyair, Kritikus Sastra Malaysia).
“Diksinya unik dan menarik.” – (Zahir Juana Ridwan, Pegiat Sastra, Pustakawan peserta International Federation on Library Association ke- 85 di Athena Yunani)