Manfaat Membaca Buku Fisik di Era Layar: Bukti Sains dan Gelombang “Kembali ke Kertas” di Eropa

Di tengah derasnya digitalisasi, buku fisik kembali mendapatkan panggung. Bukan semata nostalgia: semakin banyak riset menunjukkan bahwa membaca di atas kertas mendukung pemahaman yang lebih dalam, memori yang lebih kuat, dan fokus yang lebih stabil—terutama untuk teks panjang dan tugas analitis. Sejalan dengan itu, beberapa negara Eropa mulai menerapkan kebijakan yang menambah porsi buku cetak dan memangkas penggunaan gawai di sekolah. Contohnya, Swedia mengalokasikan dana untuk memastikan “satu buku per murid per mata pelajaran” dan menekan waktu layar, bagian dari penekanan baru pada membaca tenang dan tulisan tangan. (Regeringskansliet)

Buku fisik unggul untuk pemahaman mendalam?

Ketika kita membaca buku fisik, otak mendapatkan isyarat spasial (posisi halaman, tebal-tipis bagian yang sudah/akan dibaca) dan isyarat taktil (berat, tekstur, gesekan jari dengan kertas). Kombinasi ini membantu pembaca membangun “peta mental” teks sehingga alur dan argumen lebih mudah ditangkap. Ulasan neurosains populer merangkum temuan-temuan tersebut: teks cetak cenderung menuntun proses baca yang lebih lambat dan fokus, sementara layar memudahkan skimming dan multitugas yang bisa menggerus kedalaman pemahaman. (BrainFacts, ABC)

Sejumlah studi eksperimental juga menemukan keunggulan cetak untuk aspek-aspek tertentu. Anne Mangen dkk. menunjukkan bahwa pembaca buku fisik lebih baik dalam melacak kronologi dan lokasi kejadian dalam cerita panjang dibanding pembaca perangkat digital, yang berarti struktur dan koherensi lebih mudah terjaga di kertas. (Frontiers, PMC) Sementara studi lain dan meta-analisis pada konteks tertentu memberi hasil beragam (tergantung jenis teks dan tugas), tren umumnya—khususnya untuk teks ekspositori dan ujian—menempatkan cetak sedikit di atas layar dalam hal pemahaman. (ScienceDirect)

Intinya, buku fisik mendorong deep reading: ritme baca yang tenang, atensi berkelanjutan, dan keterlibatan kognitif yang lebih dalam—semua prasyarat untuk berpikir kritis dan analisis yang tajam.

1 | Manfaat Membaca Buku Fisik di Era Layar: Bukti Sains dan Gelombang “Kembali ke Kertas” di Eropa

“Kembali ke buku fisik” di Eropa: dari kebijakan ke dampak

Gelombang koreksi digital (digital reset) terlihat jelas di Eropa:

  • Swedia: Pemerintah menyatakan menambah buku di sekolah dan mengurangi waktu layar, menegaskan pentingnya buku fisik bagi pembelajaran dan kerja guru. Prinsip “satu buku teks per siswa per mata pelajaran” kembali dikejar, dengan hibah negara untuk pengadaan buku dan panduan guru. (Regeringskansliet)
  • Belanda: Mulai 1 Januari 2024, ponsel, tablet, dan perangkat sejenis pada dasarnya dilarang di kelas demi menekan distraksi. (Reuters) Setahun lebih kemudian, studi yang ditugaskan pemerintah melaporkan 75% dari 317 SMA melihat fokus siswa membaik, dua pertiga menilai iklim sosial meningkat, dan sepertiga menyatakan ada kenaikan capaian akademik. (Reuters)
  • Finlandia: Setelah lama mendorong perangkat digital, sebagian sekolah kembali memenuhi tas siswa dengan buku kertas. Laporan lapangan menggambarkan pergeseran praktik di beberapa kota sebagai respons atas kekhawatiran terhadap hasil belajar dan interaksi sosial. (Reuters)
  • Prancis: Sejak 2018, undang-undang melarang penggunaan ponsel di sekolah bagi siswa di bawah 15 tahun sepanjang hari, bukan hanya saat pelajaran—kebijakan yang secara eksplisit menekan paparan layar di lingkungan belajar. (The Library of Congress)

Di belakang kebijakan tersebut ada logika sederhana: fewer screens, deeper learning. Dengan menekan gangguan instan dari notifikasi dan umpan tak berujung, sekolah mengembalikan ruang atensi untuk aktivitas yang butuh napas panjang: membaca mendalam, mencatat, bertanya, dan berdiskusi.

ChatGPT Image Aug 12 2025 05 31 13 AM | Manfaat Membaca Buku Fisik di Era Layar: Bukti Sains dan Gelombang “Kembali ke Kertas” di Eropa

Manfaat konkret membaca buku fisik bagi siswa

  1. Pemahaman dan retensi lebih kuat.
    Pemetaan spasial halaman dan ritme baca yang lebih stabil membantu mengikat ide ke “landmark” fisik (awal-babak-akhir, bagian yang ditebali, margin yang dicoret). Ini memudahkan rekap argumen, mengingat definisi, dan mengikuti alur bukti. (Frontiers, BrainFacts)
  2. Fokus dan stamina kognitif.
    Buku kertas mengurangi godaan berpindah tugas dan notifikasi. Data Belanda menunjukkan kebijakan menekan perangkat berkorelasi dengan kenaikan konsentrasi dan perbaikan iklim sosial kelas. Ini menguatkan peran lingkungan bebas distraksi sebagai “exoskeleton” untuk fokus. (Reuters)
  3. Keterampilan analitis dan penulisan akademik.
    Deep reading menyediakan waktu hening untuk bergulat dengan konsep, menandai bagian sulit, dan merajut kembali argumen penulis dengan catatan sendiri—kebiasaan yang berhubungan erat dengan kemampuan menulis esai, membuat sanggahan, dan menyusun sintesis literatur. Pandangan para peneliti literasi seperti Maryanne Wolf menekankan bahwa jalur saraf untuk inferensi, empati kognitif, dan evaluasi kritis tumbuh saat kita memberi waktu pada bacaan panjang. (seis.ucla.edu, Children’s Hospital of Philadelphia)
  4. Keseimbangan digital yang lebih sehat.
    Kebijakan “ponsel di luar kelas” bukan anti-teknologi; ia sekadar menempatkan digital di tempat yang tepat. Pendekatan Swedia—mendahulukan buku fisik sambil tetap menggunakan alat digital secara selektif—menawarkan model integrasi yang lebih bijak. (Regeringskansliet)

Implikasi praktis untuk sekolah dan orang tua

  • Tentukan “zona kertas” di kurikulum. Prioritaskan cetak untuk teks konseptual/argumentatif, bacaan panjang, dan materi evaluatif. Gunakan digital untuk simulasi, latihan adaptif, dan kolaborasi—bukan pengganti semua bacaan. (Kerangka ini selaras dengan seruan banyak peneliti agar media disesuaikan dengan tugas.) (Education Week)
  • Pelihara ritual membaca mendalam. 20–30 menit membaca sunyi dengan buku fisik per hari, diikuti diskusi berbasis catatan margin, akan memperkuat pemahaman dan daya ingat.
  • Minimalkan gangguan struktural. Kebijakan loker ponsel atau tas bersegel selama jam belajar telah menunjukkan dampak positif pada fokus dan interaksi sosial siswa. (Reuters)
  • Bangun literasi informasi lintas-media. Ajari siswa membedakan mode “skim” (layar) dan “study” (kertas), serta kapan beralih dari satu ke yang lain.
2 | Manfaat Membaca Buku Fisik di Era Layar: Bukti Sains dan Gelombang “Kembali ke Kertas” di Eropa

Membaca buku fisik bukan gerak mundur, melainkan koreksi haluan agar tujuan pendidikan—pemahaman, nalar, dan karakter—tetap berada di kursi pengemudi. Bukti ilmiah tentang keunggulan cetak untuk bacaan mendalam, ditambah pengalaman kebijakan di Eropa yang melihat perbaikan fokus dan iklim belajar ketika layar dikendalikan, memberi pelajaran yang jelas: jika kita ingin siswa berpikir lebih jernih dan menganalisis lebih tajam, kembalikan ruang yang layak untuk halaman kertas. (Reuters, Regeringskansliet)

penerbit garudhawaca

Penerbit Buku Online dan percetakan

Mungkin Anda juga menyukai