7 Tips Hebat Merangkai Judul Terbaik Untuk Karya Fiksi
*Disarikan dari artikel Jacob M Appel di writersdigest.com
Dont judge a book by its cover, jangan menilai buku dari sampulnya. Ya, kalimat bijak itu sudah sangat akrab di telinga kita yang mengajarkan kita untuk tidak menilai isi buku hanya dengan melihat sampul–termasuk judulnya. Akan tetapi, jika Anda seorang penulis, pernahkah Anda memikirkan bagaimana pusingnya seorang editor penerbit yang menerima puluhan bahkan ratusan naskah di meja kerjanya, sementara ia hanya butuh memilih segelintir untuk diterbitkan? Cukupkah waktu untuk membaca semua? Belum lagi ketika buku itu terbit, lalu dilemparkan ke toko. Bagaimana cara pembeli memilih sementara toko buku fisik memajang ratusan novel yang semuanya disegel, dan toko online hanya memajang gambar cover plus 2-3 paragraf sinopsis. Kita tidak tahu isinya sebelum kita membayar dan lalu membacanya kan?
Jacob M. Appel, seorang penulis dan mentor penulisan fiksi di Amerika Serikat menganggap judul adalah sesuatu yang “tidak main-main”. Di kelas-kelas workshopnya, ia akan menekankan pada para penulis pemula yang belajar, untuk menganggap judul sebagai sesuatu yang urgent. “Saya menghimbau siswa saya untuk memandang judul sebagai satu cara utama untuk bisa berdiri di atas hamparan lumpur”, demikian ia mengandaikannya. Appel menjelaskan, di masa lampau ada beberapa kasus unik. Anton Cekov (1860-1904), seorang penulis dan dramawan Rusia, mampu membungkus judul yang pendek dan membosankan seperti Home, The Student dan lainnya dengan kisah yang tajam dan mengena. Di sisi lain, tak jauh dari jaman itu ada Paul Zindel (1936-2003), penulis fiksi dan drama yang sukses mendapat Pulitzer Prize pada 1971 dengan karya drama yang judulnya sangat kompleks, The Effect of Gamma Rays on Man-in-the-Moon Marigolds.
Dari dua contoh sukses tersebut, lalu dimana posisi kunci dalam memberi judul? Yang pendek umum luas dan mudah dilupakan seperti Chekov? atau yang panjang dan rumit seperti Zindel? Kenyataanya keduanya sama-sama sukses dan memiliki cerita yang khas dan berbeda. Kembali ke sudut pandang editor dan calon pembeli, Appel menyatakan. Jika sebuah judul khas dan cerdas, apa yang bisa membuat editor tidak tertarik? Nah, itu, khas dan cerdas.
Appel sangat menekankan para penulis pemula untuk berusaha keras mencurahkan energi tidak hanya dalam menyusun cerita, tetapi juga dalam memberi judul. Bagi Appel, prinsip praktisnya adalah judul yang hebat itu khas, berbeda tetapi tidak terasa mengganggu. Ia berada diantara bentangan “sangat mudah dilupakan” sampai “sangat-sangat unik dan unggul”. Pilihlah judul yang akan membuat pembaca berkomentar “judulnya fantastis!” dan penulis lain berkata “kenapa aku nggak kepikiran judul kayak gitu ya?” .
Nah, berikut adalah 7 tips dalam menemukan judul yang keren menurut Jacob M Appel sebagaimana ia uraikan di writersdigest.com :
1. GOOGLING. Cara paling mudah untuk memastikan judul pilihanmu orisinil adalah dengan mengecek frase atau kalimat itu di search engine seperti google atau bahkan di amazon.com. Judul-judul yang bagus mungkin akan menemukan banyak persamaan dengan yang sudah ada. Namun jika kebetulan Anda menemukan pilihan Anda belum ada yang menyamai, Selamat!, Anda dapat jackpot!
2. MAKSIMALKAN pilihan-pilihan. Appel seringkali menyampaikan kepada muridnya–sambil bercanda–bahwa judul karyamu seperti halnya jodoh. Banyak orang mengalami dekat dan menjalin hubungan dengan beberapa orang sebelum akhirnya menemukan satu jodoh untuk hidup bersama selamanya. Demikianlah judul. Ia menyarankan para siswa menyusun pilihan calon judul setidak-tidaknya lima dan nanti akan dipilih salah satu. Bisa juga meminta pendapat kawan atau keluarga untuk melihat bagaimana kesan dan pilihan versi orang lain.
3. JANGAN LUPA “Suara” dan Sudut pandang. Setiap penulis fiksi paham bahwa prosa yang kuat selalu punya “suara” yang khas dan sudut pandang yang konsisten melalui tokoh dan alur kisahnya. Appel melihat banyak penulis muda yang lupa atau tidak peduli bahwa judul juga harus demikian. Harus sinkron. Sederhananya, misalnya kita menulis sebuah cerita dengan sudut pandang orang ketiga, maka tidak cocok jika judulnya Kisahku di Musim Hujan. Di sisi lain, jika kisahmu dituturkan dalam/dari sudut yang tidak biasa, maka gunakan judul untuk menunjukkan hal itu. Misalnya adalah Robert Olen Butler–seorang penulis fiksi magical realisme di Amerika Serikat–yang memilih judul dengan kesadaran fungsi ini, Jealous Husband Returns in Form of Parot–Suami Yang Cemburu Kembali Dalam Bentuk Beo.
4. Gunakan KATA BENDA konkret dan KATA KERJA Aktif. Para programer informatika telah bekerja bertahun-tahun menyempurnakan algoritma komputer untuk membantu penjudulan buku. Misalnya, ada klaim menyatakan bahwa judul dengan 3 kata akan lebih laku, atau bahwa buku-buku paling laris menggunakan kata kerja. Jika pendekatan dan rumor ini benar, maka mestinya para programer internet akan menjadi raja buku atau penerbitan. Cara yang lebih sederhana menurut Appel adalah memilih kata benda yang konkret dan kuat, dan kata kerja aktif. Desire Under The Elms (Gairah di Bawah Pohon Elms) karya Eugene O’neil (1888-1953) jauh lebih menarik dan jelas dibanding misalnya dia memberi judul Love under the Trees (Cinta di Bawah Pohon).
5. Susunlah DUA MAKNA. Jacob M Appel yakin, bahwa kebanyakan pembaca akan merenungkan judul buku dua kali. Pertama sebelum membaca dan kedua setelah membaca. Banyak judul-judul yang sukses memiliki makna tersembunyi yang terpahami setelah buku selesai dibaca. Jadi, judul itu memberi garis bawah atau menjelaskan benang merah dari cerita ketika direnungkan kembali di akhir membaca. Appel mencontohkan The Lottery karya Shirley Jackson (1916-1965) dan The Swimmer karya John Cheever (1912-1982).
6. Hindari Merusak Alur dengan JUDUL. Pada dasarnya judul dan isi memang harus klop. Kalau kita menulis novel horor atau misteri, pastikan tidak memberitahukan endingnya dalam sampul (judul). Juga, hindari menggunakan kalimat pertama maupaun terakhir sebagai judul. Meski judul adalah sebuah gambaran tersingkat dari seluruh isi naskah, atau penanda atas apa isi di dalamnya, tapi judul tidak boleh membuat daya kejutan dramatik fiksimu hilang karena sudah kamu bocorkan sendiri.
7. Pastikan judul sesuai dengan isinya. Ini adalah hal paling penting dari aturan memberi judul. Mungkin ini yang termasuk sangat sulit. Banyak mentor lain yang menyarankan memberi judul adalah pekerjaan akhir setelah ceritanya selesai ditulis. Tapi Appel paham bahwa seringkali kita sengaja atau tidak sengaja sudah memilih judul ketika memulai menulis cerita dan jatuh cinta pada satu kalimat. Buruknya adalah kita sering juga berasumsi bahwa ketika cerita selesai judul ini tetap cocok. Sayangnya imajinasi manusia tidak selalu selaras dengan harapan. Jadi, adalah penting untuk menanyakan kembali pada diri sendiri secara jernih ketika naskah selesai ditulis, apakah judul semula masih tetap cocok?
Mencari judul yang keren tentu cukup rumit dan membuat stres, tapi Appel mengingatkan bahwa itu harus diusahakan dijalani dengan santai dan bahagia. Sekali penulis menuliskan judul, itu adalah salah satu kunci untuk menemukan jalan sukses dan persebaran buku terbitan yang luas.